TERAPI IMAN DALAM MEMPERMANTAP SIKAP TAQWA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Iman itu terdiri dari dua
bagian; sebagian berupa sifat sabar dan sebagian lagi berupa rasa syukur.
Demikian disebutkan dalam hadits Rasulullah saw. dan atsar para sahabat. Dan,
ada juga puluhan ayat Al-Qur’an yang menyebutkan keutamaan dua sifat ini. Maka
tak salah kalau dikatakan bahwa tak ada iman bagi orang-orang yang tak mau
bersabar dan bersyukur.
Imam al-Ghazali (1058-1111 M) di buku ini membahas dua persoalan penting tentang “Sabar” dan “Syukur”, dua sifat yang seharusnya ada pada diri setiap Muslim tapi nyatanya paling berat untuk dilakukan. Sabar dan syukur ini sendiri merupakan bagian dari sifat-sifat Allah dan dua nama di antara nama-nama-Nya yang indah, karena Allah menyebut diri-Nya sebagai Yang Mahabersabar dan Mahabersyukur.
Sabar itu sendiri mengandung
dua makna, yaitu menahan diri dari berbuat maksiat atau yang bakal mendatangkan
mudharat di kemudian hari, maupun tabah dalam menghadapi musibah. Sedang syukur
merupakan ekspresi terima kasih kita kepada nikmat-nikmat Allah yang diberikan
pada kita yang jumlahnya tak terhingga. Dan, ada pula syukur terhadap musibah
yang kita terima.
Iman yang berarti percaya menunjuk
sikap batin yang terletak dalam hati.
Secara sempurna pengertiannya adalah
membenarkan (mempercayai) Allah dan segala apa yang datang dari pada-Nya
sebagai wahyu melalui rasul-rasul-Nya dengan kalbu, mengikrarkan dengan lisan
dan mengerjakan dengan perbuatan.
Taqwa adalah sikap abstrak yang
tertanam dalam hati setiap muslim, yang aplikasinya berhubungan dengan syariat
agama dan kehidupan sosial. Seorang muslim yang bertaqwa pasti selalu berusaha
melaksanakan perintah Tuhannya dan menjauhi segala laranganNya dalam kehidupan
ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
Latar belakang masalah yang dikemukakan diatas maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Apa pengertian iman ?
2. Apa pengertian takwa tersebut?
3. Apa peranan terapi iman dalam mempermantap sikap takwa
?
4. Bagaimana cara mempermantap
sikap takwa melalui terapi iman ?
B.
Tujuan Penulisan
Tujuan
disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas filsafat ilmu dan menjawab
pertanyaan yang ada pada rumusan masalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Iman
Kata
iman juga berasal dari kata kerja amina-yu'manu – amanan yang berarti percaya.
Oleh karena itu iman berarti percaya menunjuk sikap batin yang terletak dalam
hati.
Iman
menurut bahasa adalah percaya atau yakin, keimanan berarti kepercayaan atau
keyakinan. Dengan demikian, rukun iman adalah dasar, inti, atau pokok – pokok
kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap pemeluk agama Islam.
Secara sempurna
pengertiannya adalah membenarkan (mempercayai) Allah dan segala apa yang
datang dari pada-Nya sebagai wahyu melalui rasul-rasul-Nya dengan kalbu,
mengikrarkan dengan lisan dan mengerjakan dengan perbuatan.
Dalam hadist yang
diriwayatkan oleh Ibnu Majah Atthabrani, iman didefinisikan dengan keyakinan
dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal perbuatan (al-Imaanu
'aqdun bil qalbi waiqraarun billisaani wa'amalun bil arkaan)
Istilah iman dalam al-qur'an selalu dirangkaikan dengan kata
lain yang memberikan corak dan warna tentang suatu yang diimani, seperti dalam
surat an-Nisa': 51 yang dikaitkan dengan jibti (kebatinan/Idealisme) dan
thaghut (realita/nasionalisme). Sedangkan dalam surat al-Ankabut: 52 dikaitkan
dengan kata bathil, yaitu wallaziina aamanuu bil baathili. Bathil
berarti tidak benar menurut Allah.Sementara dalam surat al-Baqarah: 4 iman
dirangkaikan dengan kata ajaran yang diturunkan oleh Allah.
Dengan demikian, kata iman yang tidak dikaitkan dengan kata
Allah atau ajaran nya, dikatakan sebagai iman haq, sedangkan yang dikaitkan
dengan selainnya dinamakan iman bathil.
Keimanan adalah perbuatan yang bila
diibaratkan pohon, mempunyai pokok dan cabang. Bukankah sering kita baca atau
dengar sabda Rasullah saw. Yang kita jadikan kata-kata mutiara, misalnya malu
adalah sebagian dari iman, kebersihan sebagian dari iman, cinta bangsa dan
Negara sebagian dari iman, bersikap ramah sebagian dari iman, menyingkirkan
duri atau yang lainnya yang dapat membuat orang sengsara dan menderita, itu
juga sebagian dari iman. Diantara cabang - cabang keimanan yang paling pokok adalah
keimanan kepada Allah SWT. Istilah terapi atau
pengobatan dalam Islam disebut tahaibun. Istilah thaibun nabawi berasal
dari bahasa Arab yang berarti pengobatan dengan mengikuti metode nabi Muhammad
SAW. Metode ini sangat luar biasa dan canggih, lebih hebat dari metode
pengobatan saat sekarng ini yang mengandalkan akal semata, yaitu :
Memahami
hakikat kejadian manusia
Manusia
diciptakan Allah SWT, ciptakan terdiri dari empat unsur lahir (angin, air, api,
dan tanah) serta empat unsur batin (ruh, akal, nafsu, dan jasad). Keempat unsur
itu wajib doberi makan agar kita tetap sehat wal afiat.
Iman
adalah ‘itiqat, aqidah yang mantap, keyakinan yang mutlak kepada keesaaan
Tuhan, iman itu sering naik turun (yazid wa yanqus). Iman dapat
menyehatkan mental karena iman itu manjadi pengendali sikap, ucapan, tidakan,
dan perbuatan. Yang mana jika tanpa adanya kendali itu orang-orang akan mudah
melakukan hal-hal yang merugikan dirinya atu orang lain dan dapat menimbulkan
penyesalan dan kecemasan yang akan menyebabkan terganggunya kesehatan jiwa.
Iman dapat menyehatkan karena iman itu menjadi pengendali sikap, ucapan,
tindakan, dan perbuatan. Tanpa kendali tersebut maka orang akan mudah melakukan
hal-hal yang merugikan dirinya atau orang lain dan dapat menimbulkan penyesalan
dan kecemasan yang akan menyebabkan terganggunya kesehatan jiwa.
Islam
adalah syariat lahir atau fiqih (paham) yang tertulis dalam Al Qur’an dan
Hadis, yang wajib diamalkan oleh umat islam sebagaimana yang diajarkan dan
dicontohkan Rasullah SAW kepada para sahabat lalu diturunkan kepada tabi’in
lalu ditunkan kepada tabi’ut tabi’in hingga sampai kepada kita secara
turun-temurun. Menurut Abdul Mujib, realisasi motode islam ini dapat membentuk
kepribadian muslim yang mendorong seseorang untuk hidup bersih, suci dan dapat
menyesuaikan dari dalam setiap kondisi, yang mana kondisi ini merupakan syarat
mutlak bagi terciptanya kesehatan mental.
ü Tanda-tanda Orang Beriman
1. Al-qur'an menjelaskan tanda-tanda
orang yang beriman sebagai berikut:
2.
Jika disebut nama Allah, hatinya
akan bergetar dan berusaha ilmu Allah tidak lepas dari syaraf memorinya (al-anfal
: 2)
3.
Senantiasa tawakal, yaitu bekeja
keras berdasarkan kerangka ilmu Allah. (Ali imran : 120, Al maidah: 12,
al-anfal : 2, at-taubah: 52, Ibrahim:11)
4.
Tertib dalam melaksanakan shalat dan
selalu melaksanakn perintah-Nya. (al-anfal: 3, Al-mu'minun: 2, 7)
5.
Menafkahkan rizki yang diterima
dijalan Allah. (al-anfal: 3, Al-mukminun: 2, 7)
6.
Menghindari perkataan yang tidak
bermanfaat dan menjaga kehormatan. (Al-mukminun: 3, 5)
7.
Memelihara amanah dan menepati
janji. (Al-mukminun: 6)
8.
Berjihad di jalan Allah dan Suka
menolong. (al-Anfal : 74)
9.
Tidak meninggalkan pertemuan sebelum
meminta izin. (an-nur: 62)
B. Pengertian Sikap
Taqwa
Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah, yang berarti
takut, menjaga, memelihara dan melindungi.Sesuai dengan makna etimologis
tersebut, maka taqwa dapat diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan
dalam pengamalan ajaran agama Islam secara utuh dan konsisten ( istiqomah ).
Seorang muslim
yang bertaqwa pasti selalu berusaha melaksanakan perintah Tuhannya dan menjauhi
segala laranganNya dalam kehidupan ini.
Karakteristik
orang – orang yang bertaqwa, secara umum dapat dikelompokkan kedalam lima
kategori atau indicator ketaqwaan.
A.
Iman kepada Allah, para malaikat,
kitab – kitab dan para nabi. Dengan kata lain, instrument ketaqwaan yang
pertama ini dapat dikatakan dengan memelihara fitrah iman.
B.
Mengeluarkan harta yang dikasihnya
kepada kerabat, anak yatim, orang – orang miskin, orang – orang yang terputus
di perjalanan, orang – orang yang meminta – minta dana, orang – orang yang
tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban memerdekakan hamba sahaya.
Indikator taqwa yang kedua ini, dapat disingkat dengan mencintai sesama umat
manusia yang diwujudkan melalui kesanggupan mengorbankan harta.
C.
Mendirikan solat dan menunaikan
zakat, atau dengan kata lain, memelihara ibadah formal.
D.
Menepati janji, yang dalam
pengertian lain adalah memelihara kehormatan diri.
E.
Sabar disaat kepayahan, kesusahan
dan diwaktu perang, atau dengan kata lain memiliki semangat perjuangan.
ü Ciri-ciri orang yag bertaqwa kepada
swt :
1.
Teguh dalam keyakinan dan bijaksana
dalam pelaksanaannya
2.
Tampak wibawanya karena seuma aktivitas
hidupnya dilandasi kebenaran dan kejujuran
3.
Menonjol rasa puasnya dalam
perolehan rezeki sesuai dengan usaha dan kemampuannya
4.
Senantiasa bersih dan berhias
walaupun miskin
5.
selalu cermat dalam perencanaan dan
bergaya hidup sederhana walaupun kaya
6.
Murah hati dan murah tangan
7.
Tidak menghabiskan waktu dalam
perbuatan yang tidak bermanfaat
8.
Tidak berkeliaran dengan membawa
fitnah
9.
Disiplin dalam tugasnya
10. Tinggi dedikasinya
11. Terpelihara identitas muslimnya
(setiap perbuatannya berorientasi kepada terciptanya kemaslahatan/kemanfaatan
masyarakat)
12. Tidak pernah menuntut yang bukan
haknya serta tidak menahan hak orang lain
13. Kalau ditegur orang segera
intropeksi. Kalau ternyata teguran tersebut benar maka dia menyesal dan mohon
ampun kepada Allah swt. serta minta maaf kepada orang yang tertimpa oleh
kesalahannya itu
14. Kalau dimaki orang dia
tersenyum simpul sambil mengucapkan: "Kalau makian anda benar saya
bermohon semoga Allah swt. mengampuniku. Kalau teguran anda ternyata salah,
saya bermohon agar Allah mengampunimu.
C.
Peranan Iman dalam Mempermantap Sikap
Takwa
Manfaat terapi iman dalam mempermantap sikap takwa bagi
kita :
1. Menyeimbangkan metabolisme kimia tubuh
2. Mempercepat regenerasi sel-sel yang rusak
3. Mempercepat pembuangan racun-racun dalam tubuh
4. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan membunuh virus/bakteri yang merugikan.
1. Menyeimbangkan metabolisme kimia tubuh
2. Mempercepat regenerasi sel-sel yang rusak
3. Mempercepat pembuangan racun-racun dalam tubuh
4. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan membunuh virus/bakteri yang merugikan.
5. Menstabilkan denyut jantung yang pada gilirannya akan
menstabilkan tekanan darah serta memelihara fungsi jantung.
6. Dapat menurunkan frekuensi gelombang otak, sehingga kita
dapat menjadi lebih relaks
7. Peningkatan kemampuan Fisik (Meningkatkan energi tubuh)
Tubuh yang lemah disebabkan kekurangan energi. Energi tubuh yang besar dapat membuat tubuh menjadi lebih bertenaga dan kuat sekali, bahkan terhadap benturan apapun. Dengan energi yang lebih, sel-sel tubuh akan menjadi makin padat dan searah, sehingga membuat tubuh menjadi sangat alot. Maka wajar, apabila orang memiliki tenaga dalam yang besar, tubuhnya akan kebal terhadap segala macam jenis senjata, benturan, penyakit dan segala macam gangguan medis maupun nonmedis.
8.. Dengan energi tubuh yang besar kita bisa menyalurkannya ke sel sel otak yang tidur sehingga meningkatkan kemampuan otak (IQ meningkat, konsentrasi meningkat, kreativitas meningkat, dll)
9. Dengan energi tubuh yang besar maka aura (medan elektromagnetik tubuh) akan semakin besar dan tebal, sehingga wajah nampak cerah, sorot mata tajam berkilau, lebih percaya diri, berwibawa, meningkatkan kepekaan, dll.
7. Peningkatan kemampuan Fisik (Meningkatkan energi tubuh)
Tubuh yang lemah disebabkan kekurangan energi. Energi tubuh yang besar dapat membuat tubuh menjadi lebih bertenaga dan kuat sekali, bahkan terhadap benturan apapun. Dengan energi yang lebih, sel-sel tubuh akan menjadi makin padat dan searah, sehingga membuat tubuh menjadi sangat alot. Maka wajar, apabila orang memiliki tenaga dalam yang besar, tubuhnya akan kebal terhadap segala macam jenis senjata, benturan, penyakit dan segala macam gangguan medis maupun nonmedis.
8.. Dengan energi tubuh yang besar kita bisa menyalurkannya ke sel sel otak yang tidur sehingga meningkatkan kemampuan otak (IQ meningkat, konsentrasi meningkat, kreativitas meningkat, dll)
9. Dengan energi tubuh yang besar maka aura (medan elektromagnetik tubuh) akan semakin besar dan tebal, sehingga wajah nampak cerah, sorot mata tajam berkilau, lebih percaya diri, berwibawa, meningkatkan kepekaan, dll.
D.
Keterkaitan Terapi Iman
dengan Mempermantap Sikap Taqwa
Pada
prinsipnya, iman adalah syarat sedangkan taqwa adalah tujuan. Kedudukan iman
sebagai syarat menunjukkan bahwa kewajiban melaksanakan ibadah puasa hanya
dapat disahuti melalui wadah keimanan ini. Mengingat bahwa nilai-nilai iman
berfluktuasi maka sudah pasti nilai-nilai puasa juga demikian. Oleh karena itu,
melalui wadah iman ini pulalah maka tujuan dari puasa yaitu menuju jenjang
taqwa sangat mudah direalisasikan. Iman dan taqwa merupakan dua sisi mata uang
yang sangat sulit untuk dipisahkan dan bahkan kedua-duanya saling membutuhkan.
Dengan kata lain, jenjang taqwa tidak akan pernah terwujud bila tidak diawali
dengan keimanan dan keimanan itu sendiri tidak akan memiliki nilai apa-apa bila
tidak sampai ke derajat ketaqwaan.
Perpaduan antara iman dan taqwa ini adalah kemuliaan sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur'an. Oleh karena itu, Al-Qur'an dengan tegas menyebutkan bahwa manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah orang-orang yang paling taqwa. Prediket kemuliaan ini sangat ditentukan oleh kualitas taqwa, semakin tinggi tingkat ketaqwaan seseorang maka semakin mulia pula kedudukannya pada pandangan Allah. Perpaduan antara iman dan taqwa ini tidak akan terjadi secara otomatis karena iman memiliki persyaratan untuk menuju nilai kesempurnaannya. Persyaratan ini dapat dilihat melalui aturan-aturan yang diberlakukan kepada iman yaitu memadukan keyakinan dengan perbuatan. Tanpa melakukan perpaduan ini maka iman akan selalu bersifat statis karena berada pada tataran ikrar tidak pada tataran aplikasi. Oleh karena itu, maka kata 'iman' selalu digandeng dalam Al-Qur'an dengan amal shaleh (amanu wa 'amilu alshalihat) supaya keberadaan iman terkesan lebih energik.
Penggandengan kata 'iman' dengan perbuatan baik ini menunjukkan adanya upaya-upaya khusus yang harus dilakukan untuk menjaga keeksisan iman itu sendiri. Perlunya upaya khusus ini karena posisi manusia masih sangat labil jika masih berada pada level iman. Untuk menguatkan posisi ini maka orang-orang yang beriman diperintahkan untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik untuk menuju kestabilan. Adapun yang dimaksud dengan taqwa ialah kemampuan diri menjaga perpaduan ini secara kontiniu sesuai makna dasar dari kata taqwa itu sendiri yaitu 'menjaga'. Dengan demikian, maka sifat taqwa merupakan benteng untuk menjaga aturan-aturan Allah supaya posisi iman tidak lagi berada dalam kelabilan. Kunci sukses yang ditawarkan Al-Qur'an untuk menghindari kelabilan ini ialah dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik.
Dalam Al-Qur'an dijumpai beberapa perintah kepada orang-orang yang beriman agar bertaqwa kepada Allah sebagaimana disebutkan dalam Q.S. al-Baqarah 278, Ali 'Imran 102, al-Maidah 35, al-Taubah 119, al-Ahzab 70, al-Hadid 28 dan al-Hasyr 18. Perintah-perintah ini mengindikasikan bahwa iman belum mencapai kesempurnaannya tanpa mendapatkan nilai taqwa. Berdasarkan hal ini maka orang-orang yang beriman harus cerdas mencari mediator yang cocok untuk dijadikan jembatan menuju taqwa. Al-Qur'an telah memberikan bimbingan kepada orang-orang Mukmin bahwa mediator yang paling efektif untuk memfasilitasi hubungan iman dengan taqwa adalah ibadah.
Perpaduan antara iman dan taqwa ini adalah kemuliaan sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur'an. Oleh karena itu, Al-Qur'an dengan tegas menyebutkan bahwa manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah orang-orang yang paling taqwa. Prediket kemuliaan ini sangat ditentukan oleh kualitas taqwa, semakin tinggi tingkat ketaqwaan seseorang maka semakin mulia pula kedudukannya pada pandangan Allah. Perpaduan antara iman dan taqwa ini tidak akan terjadi secara otomatis karena iman memiliki persyaratan untuk menuju nilai kesempurnaannya. Persyaratan ini dapat dilihat melalui aturan-aturan yang diberlakukan kepada iman yaitu memadukan keyakinan dengan perbuatan. Tanpa melakukan perpaduan ini maka iman akan selalu bersifat statis karena berada pada tataran ikrar tidak pada tataran aplikasi. Oleh karena itu, maka kata 'iman' selalu digandeng dalam Al-Qur'an dengan amal shaleh (amanu wa 'amilu alshalihat) supaya keberadaan iman terkesan lebih energik.
Penggandengan kata 'iman' dengan perbuatan baik ini menunjukkan adanya upaya-upaya khusus yang harus dilakukan untuk menjaga keeksisan iman itu sendiri. Perlunya upaya khusus ini karena posisi manusia masih sangat labil jika masih berada pada level iman. Untuk menguatkan posisi ini maka orang-orang yang beriman diperintahkan untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik untuk menuju kestabilan. Adapun yang dimaksud dengan taqwa ialah kemampuan diri menjaga perpaduan ini secara kontiniu sesuai makna dasar dari kata taqwa itu sendiri yaitu 'menjaga'. Dengan demikian, maka sifat taqwa merupakan benteng untuk menjaga aturan-aturan Allah supaya posisi iman tidak lagi berada dalam kelabilan. Kunci sukses yang ditawarkan Al-Qur'an untuk menghindari kelabilan ini ialah dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik.
Dalam Al-Qur'an dijumpai beberapa perintah kepada orang-orang yang beriman agar bertaqwa kepada Allah sebagaimana disebutkan dalam Q.S. al-Baqarah 278, Ali 'Imran 102, al-Maidah 35, al-Taubah 119, al-Ahzab 70, al-Hadid 28 dan al-Hasyr 18. Perintah-perintah ini mengindikasikan bahwa iman belum mencapai kesempurnaannya tanpa mendapatkan nilai taqwa. Berdasarkan hal ini maka orang-orang yang beriman harus cerdas mencari mediator yang cocok untuk dijadikan jembatan menuju taqwa. Al-Qur'an telah memberikan bimbingan kepada orang-orang Mukmin bahwa mediator yang paling efektif untuk memfasilitasi hubungan iman dengan taqwa adalah ibadah.
E.
Implementasi
Terapi Iman dalam Mempermantap sikap Takwa dalam Kehidupan
Sehari-hari
Iman sangat penting dalam kehidupan manusia. Tanpa iman,
ibadah yang dilakukanakan sia-sia, bahkan amal yang dilakukan tidak akan sampai
kepada Allah SWT, sepertiyang dijelaskan
dalam Al-Qur'an surat An-Nabia ayat 94, yang artinya
"Barang siapa yang megerjakan amal sholeh, sedang ia beriman,
maka usahanya tak akan terabaikan. Dan sesungguhnya Kami menuliskan amalan
itu untuknya"
Keimanan dan
ketaqwaan yang dianugerahkan Allah SWT untuk kaumnya haruslah disyukuri dan
diperkuat dengan cara meningkatkan ibadah amal, misalnya disamping
menjalankan
ibadah wajib (sholat, zakat, puasa), juga menjalankan ibadah sunnah,misalnya
dengan membayar infaq dan sedekah.
Berikut
penerapan terapi iman dalam mempermatap sikap taqwa dalam kehidupan
sehari-hari, sebagai berikut:
A.
Menjalankan
keenam rukun iman.
B.
Menaati
perintah Allah dan beramal sholeh untuk mendapatkan ridhlo Allah
C.
Membersihkan
diri dari hal-hal yang diharamkan (menghindari keharaman)
D.
Ringan tangan
atau saling membantu sesama manusia.
E.
Menjaga aurat
pada dirinya sesuai dengan ajaran agama.Ada sebuah hadist yang menyatakan,bahwa
Rosulullah SAW bersabda:
"Barang
siapa bisa menjamin diantara kedua mulut
(bibir)nya (bibir atas dan bawah),niscaya aku akan menjadi surganya".
F.
Menjaga amanah dan menepati janji. Sebagai orang yang beriman dan bertaqwa haruslah bisa
menjaga amanah yang diberikan kepada dirinya dan berusahalah untuk selalu
menepati janji selagi masih mampu.
G.
Menjaga sholat
wajib. Menjaga sholat dalam kehidupan sehari-hari bukan persoalan yang mudah.
Menjaga sholat ini berarti orang tersebut bisa menjaga waktunya, dia selalu
sholat tepat waktu dan tidak menunda-nunda sholatnya. Disamping sholat tepat
waktu orang tersebut juga menjaga cara dan bacaannya dengan benar sesuai dengan
tuntunan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Disamping itu juga harus bisa
menjaga efek positif dari sholat, yaitu dengan benar-benar menghayati dan
melaksanakan apa yang telah dibaca dalam melaksanakan sholat.
H.
Selalu siap untuk menghadapi kematian
sebagaimana dari rukun iman.
Penerapan iman
dan taqwa dalam kehidupan di atas, memang telah dilakukan oleh sebagian anak
muda. Namun,sebagian darinya masih juga kurang sepenuhnya menerapkan iman dan taqwanya dalam kehidupan
sehari-hari. Banyak masalah yang muncul akibat kurang kokohnya iman dan taqwa
yang tertanam dalam diri masing-masing individu.
Ada beberapa
faktor penyebab munculnya masalah berkurangnya kekuatan iman dan taqwa dalam diri,
sebagai berikut:
1. mengenal siapa Allah SWT.
2.
Lalai dan
memalingkan diri dari rambu-rambu agama.
Tidak
memperhatikan ayat-ayat Allah dan
hukum-hukumNya, baik yang bersifat kauni maupun syar'i.Sesungguhnya
kelalaian dan sikap tidak mau tahu semacam itu pasti akan membuat hati menjadi sakit atau bahkan mati karena belitan
syubhat dan jeratan syahwat yang merasuki
hati dan sekujur tubuhnya.
3.
Berbuat atau
mengutarakan ucapan maksiat.
Oleh
karena itulah iman akan turun,melemah dan surut sebanding dengan tingkatan
maksiat, jenisnya, kondisi hati orang yang melakukannya serta kekuatan faktor
pendorongnya. Iman akan banyak sekali berkurang dan menjadi sangat lemah
apabila seorang hamba terjerumus dalam dosa besar, jauh lebih parah dan
lebih mengenaskan daripada apabila dia terjerembab dalam dosa kecil.
Berkurangnya keimanan karena kejahatan membunuh tentu lebih besar daripada
akibat mengambil harta orang. Sebagaimana iman akan lebih banyak berkurang
dan lebih lemah karena dua buah maksiat daripada akibat melakukan satu maksiat.
Demikianlah seterusnya. Oleh sebab itulah orang
miskin yang sombong dan orang tua bangka yang berzina dosanya lebih besar daripada
dosa orang kaya yang sombong dan perbuatan zina seorang yang masih muda. Hal
itu sebagaimana dikisahkan di dalam hadits,
Ada tiga golongan
orang yang tidak akan diajak bicara oleh
Allah dan tidak akan diperhatikan oleh-Nya pada hari kiamat´.Dan di antara mereka itu adalah orang tua beruban
yang berzina dan orang miskin yang sombong.
4. Meninggalkan ketaatan, baik berupa keyakinan, ucapan, maupun amalan fisik.
Sebab iman akan semakin banyak berkurang
apabila ketaatan yang ditinggalkan juga semakin besar. Apabila nilai suatu
ketaatan semakin penting dan semakin prinsip maka meninggalkannya pun akan
mengakibatkan penyusutan dan keruntuhan iman yang semakin besar dan mengerikan. Bahkan terkadang
dengan meninggalkannya bisa membuat pelakunya kehilangan iman secara
total, sebagaimana orang yang meninggalkan shalat sama sekali. Perlu
diperhatikan pula bahwa meninggalkan ketaatan itu terbagi menjadi dua. Pertama,
ada yang menyebabkan hukuman atausiksa yaitu apabila yang ditinggalkan adalah
berupa kewajiban dan tidak ada alasan yang hak untuk meninggalkannya. Kedua,
sesuatu yang tidak akan mendatangkan hukuman dan siksa karena meninggalkannya,
seperti : meninggalkan kewajiban karena udzur syar'i (berdasarkan ketentuan
agama) atau hissi (berdasarkan sebab yang terindera), atau tidak melakukan amal
yang hukumnya mustahab/sunnah.Contoh untuk orang yang meninggalkan kewajiban
karena udzur syar'i atau hissi adalah perempuan yang tidak shalat karena haidh.
Sedangkan contoh orang yang meninggalkan amal mustahab/sunnah adalah orang yang
tidak mengerjakan shalat Dhuha
F.
Cara-cara yang Dilakukan dalam
Mempermantap Sikap Taqwa
1. Pelajarilah
berbagai ilmu agama Islam yang bersumber pada Al-Qur'an dan
Hadits
a. Perbanyaklah membaca Al-Qur'an dan renungkan maknanya
Ayat-ayat Al-Qur'an memiliki target yang luas dan spesifik sesuai kebutuhan
masing-masing orang yang sedang mencari atau memuliakan Tuhannya. Sebagian
ayat Al-Qur'an mampu menggetarkan kulit seseorang yang sedang mencari
kemuliaan Allah, dilain pihak Al-Qur'an mampu membuat menangis seorang
pendosa, atau membuat tenang seorang pencari ketenangan.
"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah
supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran
orang-orang yang mempunyai pikiran."
b. Pelajarilah ilmu mengenai Asma'ul Husna, Sifat-sifat Yang Maha Agung.
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Mendengar, Maha Melihat dan
Maha Mengetahui, maka ia akan menahan lidahnya, anggota tubuhnya dan gerakan
hatinya dari apapun yang tidak disukai Allah.
akhirat sehingga iapun secara cermat memenuhi berbagai persyaratan yang
diminta Allah untuk bisa bertemu dengan-Nya (yaitu dengan memperbanyak amal
ibadah).
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Santun, Maha Halus dan Maha
Penyabar, maka iapun merasa malu ketika ia marah, dan hidupnya merasa tenang
karena tahu bahwa ia dijaga oleh Tuhannya secara lembut dan sabar.
c. Pelajari dengan cermat sejarah (Siroh) kehidupan Rasulullah SAW.
Dengan memahami perilaku, keagungan dan perjuangan Rasulullah, akan
menumbuhkan rasa cinta kita terhadapnya, kemudian berkembang menjadi
keinginan untuk mencontoh semua perilaku beliau dan mematuhi pesan-pesan
beliau selaku utusan Allah.
Seorang sahabat r.a. mendatangi Rasulullah saw dan bertanya, "Wahai Rasul
Allah, kapan tibanya hari akhirat?". Rasulullah saw balik bertanya : "Apakah
yang telah engkau persiapkan untuk menghadapi hari akhirat?". Si sahabat
menjawab , "Wahai Rasulullah, aku telah sholat, puasa dan bersedekah selama
ini, tetap saja rasanya semua itu belum cukup. Namun di dalam hati, aku
sangat mencintai dirimu, ya Rasulullah". Rasulullah saw menjawab, "Insya
Allah, di akhirat kelak engkau akan bersama orang yang engkau cintai". (HR
Muslim) Inilah hadits yang sangat disukai para sahabat Rasulullah SAW.
Jelaslah bahwa mencintai Rasulullah adalah salah satu jalan menuju surga,
dan membaca riwayat hidupnya (siroh) adalah cara terpenting untuk lebih
mudah memahami dan mencintai Rasulullah SAW.
d. Mempelajari Jasa-jasa dan Kualitas Agama Islam
Perenungan terhadap syariat Islam, hukum-hukumnya, akhlak yang diajarkannya,
perintah dan larangannya, akan menimbulkan kekaguman terhadap kesempurnaan
ajaran agama Islam ini. Tidak ada agama lain yang memiliki aturan dan etiket
yang sedemikian rincinya seperti Islam, dimana untuk makan dan ke WC pun ada
adabnya, untuk aspek hukum dan ekonomi ada aturannya, bahkan untuk
berhubungan suami -istripun ada aturannya.
e. Mempelajari Kehidupan Orang-orang Sholeh (generasi Shalafus Sholihin,
para sahabat Rasulullah SAW, murid-murid para sahabat, tabi'in dan tabi'it
tabi'in)
Mereka adalah generasi-generasi terbaik dari Islam. Mereka adalah
orang-orang yang kadar keimanannya diibaratkan sebesar gunung Uhud sementara
manusia zaman kini diibaratkan kadar keimananya tak lebih dari sebutir debu
dari gunung Uhud. Umar r.a. pernah memuntahkan makanan yang sudah masuk ke
perutnya ketika tahu bahwa makanan yang diberikan padanya kurang halal
sumbernya. Sejarah lain menceritakan tentang lumrahnya seorang tabi'in
meng-khatamkan Qur'an dalam satu kali sholatnya. Atau cerita tentang seorang
sholeh yang lebih dari 40 tahun hidupnya berturut-turut tidak pernah sholat
wajib sendiri kecuali berjamaah di mesjid. Atau seorang sholeh yang menangis
karena lupa mengucap doa ketika masuk mesjid. Inilah cerita-cerita teladan
yang mampu menggetarkan hati seorang yang sedang meningkatkan keimanannnya.
2. Renungkanlah tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di alam (ma'rifatullah)
Singkirkan dulu kesombongan akal kita, renungkan secara tulus bagaimana alam
ini diciptakan. Sungguh pasti ada kekuatan luar biasa yang mampu menciptakan
alam yang sempurna ini, sebuah struktur dan sistem kehidupan yang rapi,
mulai dari tata surya, galaksi hingga struktur pohon dan sel-sel atom.
Renungkan pula rahasia dan mukjizat Qur'an. Salah satu keajaiban Al Qur'an
adalah struktur matematis Al Qur'an. Walau wahyu Allah diturunkan bertahap
namun ketika seluruh wahyu lengkap maka ditemukan bahwa kata tunggal "hari"
disebut sebanyak 365 kali, sebanyak jumlah hari pada satu tahun syamsiyyah
(masehi). Kata jamak hari disebut sebanyak 30 kali, sama dengan jumlah hari
dalam satu bulan. Sedang kata Syahrun (bulan) dalam Al Quran disebut
sebanyak 12 kali sama dengan jumlah bulan dalam satu tahun. Kata Saa'ah
(jam) disebutkan sebanyak 24 kali sama dengan jumlah jam sehari semalam. Dan
semua kata-kata itu tersebar di 114 surat dan 6666 ayat dan ratusan ribu
kata yang tersusun indah. Dan masih banyak lagi keajaiban dan mukjizat Al
Quran dari sisi pandang lainnya yang membuktikan bahwa itu bukan karya
manusia. Masih banyak pula mukjizat lainnya di alam ini yang membuktikan
bahwa alam ini memiliki struktur yang sangat sempurna dan tidak mungkin
tercipta dengan sendirinya. Adalah lumrah, bahwa sesuatu yang tidak mungkin
diciptakan manusia, pastilah diciptakan sesuatu yang Maha Kuasa, Maha Besar.
Inilah yang menambah kecilnya diri kita dan menambah kekaguman dan cinta
serta iman kita kepada Sang Pencipta alam semesta ini.
3. Berusaha keras melakukan amal perbuatan yang baik secara ikhlas
Amal perbuatan perlu digerakkan. Dimulai dari hati, kemudian terungkap
melalui lidah kita dan kemudian anggota tubuh kita. Selain ikhlas,
diperlukan usaha dan keseriusan untuk melakukan amalan-amalan ini.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.
Dari firman Allah tersebut, Allah menjelaskan perlunya bertaqwa itu yaitu dapat menjalani kehidupan dengan baik dan menjadi kunci utk mendapatkan keselamatan dan kebahagian hidup di dunia dan akhirat; kemudian takwa menjadi ukuran kemuliaan seseoran di sisi Allah dan menurut pandangan manusia.
Untuk memperkokoh dan meningkatkan kadar ketakwaan kita kepada Allah, ada beberapa cara yaitu:
Pertama; dengan al- mu’ahadah yaitu ingat dengan perjanjian kita kepada Allah swt.
Janji itu sering kita ikrarkan, misal ketika kita shalat paling sedikit 17 kali kita berjanji kepada Allah untuk menyembah hanya kepada Allah dan minta pertolongan; baahkan setiap kita membaca surat al-Fatihah ayat 5:
Kepada-Mu kami menyembah dan kepada-Mu kami mohon pertolongan.
Dengan demikian, setiap kita sudah berjanji untuk menjalankan kehidupan ini dengan sesuatu yang bernilai ibadah dan Allah sesungguhnya menciptakan manusia ini dengan tujuan untuk beribadah kepada-Nya. Tentunya ibadah yang dimaksudkan tidak hanya terbatas pada ibadah shalat, puasa, dzkir dan sejenisnya, melainkan seluruh kegiatan kita dari pagi sampai pagi lagi, semua harus bernilai ibadah. Agar semua kegiatan kita bernilai ibadah, tentunya dengan syarat bahwa kegiatan itu benar, baik dan dikerjakan dengan niat yang ikhlas, cara yang benar serta dengan tujuan hanya mengharap ridha Allah swt.
Kedua; dengan al- muraqabah yaitu merasa dekat kepada Allah swt.
Hal ini perlu karena orang akan merasakan bahwa dia selalu diawasi oleh Allah dan membuatnya selalu berfikir sebelum berbuat dan tidak berani menyimpang dari jalan yang telah diatur-Nya. Sikap ini mutlak harus dilakukan , karena sebenarnya Allah itusangat dekat dengan kita, sesuai dengan firman Allah swt dalam surat al_hadid ayat 4:
Dan Allah bersama kamu dimana saja kamu berada; dan Allah maha melihat apa yang kamu kerjakan.
Bahkan dalam ayat yang lain, dalam surat al-Mujadilah ayat 6: yang intinya ayat ini menjelaskan bahwa tidaklah kamu perhatikan yang ada dilangit dan di bumi. Tiada pembicaraan rahasia anatar tiga orang, melainkan Allahlah yang keempatnya; dan tiada pembicaraan antara lima orang melainkan Allah yang keenamnya; dan tiada pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Allah ada bersama mereka dimanapun mereka berada; Kemudian Allah akan memberitakan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan; sesungguhnya Allah maha mengetahui segala sesuatu.
Ketiga; dengan al- Muhasabah atau menghitung- hitung diri, introspeksi diri yang juga merupakan suatu keharusan bagi setiap muslim. Apalagi kelak amal manusia akan hitung oleh Allah swt; karena itu sebelumnya manusia harus menghitung sendiri amal- amalnya agar dia tahu apakah selama ini dia lebih banyak amal shaleh atau amal salah. Sahabat nabi Umar ibnu Khattab pernah mengingatkan dalam ungkapannya:
Hisablah disi kalian sebelum kalian dihisab di kahirat.
Oleh karena itu, ada baiknya seorang muslim melakukan muhasabah setiap hari, misalnya menjelasng tidur, dia merenungi apa yang diperjuangkan pada hari it atau setiap jum’at sekali atau sebulan dan minimal setahun, dia dapat meningkatkan kualitas hidupnya untuk bekal waktu yang akan datang termasuk kehidupan di akahira nantinya.
Firman Allah surat al-Hasr ayat 18:
Hai orang- orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yanv telah di perbuatnya untuk hari akhirat, dan bertaqwalah kepada Allah; sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Keempat; dengan al- mu’aqabah yaitu memberikan sangsi atau menghukum dirinya sendiri bila tidak melakukan hal-hal yang semestinya dilakukan, apalagi jika sampai melakukan maksiat. Perlunya sangsi ini diberlakukan pada diri seseorang muslim, karena akan membatasi jangan sampai mempermudah terlanggarnya kesalahan- kesalahan yang lain.
Kelima; dengan al- mujahadah yaitu bersungguh sungguh dalam menjalankan ajaran Islam. Hal ini karena Islam memang harus dilakukan dengan penuh kesungguhan; Tanpa kesungguhan, sangat sulit seorang dapat melakukan ajaran Islam. Shalat misalnya memerlukan kesungguhan, begitu juga berinfaq, apalagi berjihad di jalan Allah. Jika seseorang telah memiliki kesungguhan, meskipun nantinya akanmenghadapi kesulitan dalam beramal, Allah swt akan memberikan kemudahan baginya dalam mengahdapi kesulitan itu. Allah berfirman dalam surat al-Ankabut ayat 69:
Dan orang- orang yang berjihad untuk mencari keridhaan Allah, benar- benar akan Allah tunjukkan kepada mereka jalan- jalan Allah. Dan sesungguhnya
Hadits
a. Perbanyaklah membaca Al-Qur'an dan renungkan maknanya
Ayat-ayat Al-Qur'an memiliki target yang luas dan spesifik sesuai kebutuhan
masing-masing orang yang sedang mencari atau memuliakan Tuhannya. Sebagian
ayat Al-Qur'an mampu menggetarkan kulit seseorang yang sedang mencari
kemuliaan Allah, dilain pihak Al-Qur'an mampu membuat menangis seorang
pendosa, atau membuat tenang seorang pencari ketenangan.
"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah
supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran
orang-orang yang mempunyai pikiran."
b. Pelajarilah ilmu mengenai Asma'ul Husna, Sifat-sifat Yang Maha Agung.
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Mendengar, Maha Melihat dan
Maha Mengetahui, maka ia akan menahan lidahnya, anggota tubuhnya dan gerakan
hatinya dari apapun yang tidak disukai Allah.
akhirat sehingga iapun secara cermat memenuhi berbagai persyaratan yang
diminta Allah untuk bisa bertemu dengan-Nya (yaitu dengan memperbanyak amal
ibadah).
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Santun, Maha Halus dan Maha
Penyabar, maka iapun merasa malu ketika ia marah, dan hidupnya merasa tenang
karena tahu bahwa ia dijaga oleh Tuhannya secara lembut dan sabar.
c. Pelajari dengan cermat sejarah (Siroh) kehidupan Rasulullah SAW.
Dengan memahami perilaku, keagungan dan perjuangan Rasulullah, akan
menumbuhkan rasa cinta kita terhadapnya, kemudian berkembang menjadi
keinginan untuk mencontoh semua perilaku beliau dan mematuhi pesan-pesan
beliau selaku utusan Allah.
Seorang sahabat r.a. mendatangi Rasulullah saw dan bertanya, "Wahai Rasul
Allah, kapan tibanya hari akhirat?". Rasulullah saw balik bertanya : "Apakah
yang telah engkau persiapkan untuk menghadapi hari akhirat?". Si sahabat
menjawab , "Wahai Rasulullah, aku telah sholat, puasa dan bersedekah selama
ini, tetap saja rasanya semua itu belum cukup. Namun di dalam hati, aku
sangat mencintai dirimu, ya Rasulullah". Rasulullah saw menjawab, "Insya
Allah, di akhirat kelak engkau akan bersama orang yang engkau cintai". (HR
Muslim) Inilah hadits yang sangat disukai para sahabat Rasulullah SAW.
Jelaslah bahwa mencintai Rasulullah adalah salah satu jalan menuju surga,
dan membaca riwayat hidupnya (siroh) adalah cara terpenting untuk lebih
mudah memahami dan mencintai Rasulullah SAW.
d. Mempelajari Jasa-jasa dan Kualitas Agama Islam
Perenungan terhadap syariat Islam, hukum-hukumnya, akhlak yang diajarkannya,
perintah dan larangannya, akan menimbulkan kekaguman terhadap kesempurnaan
ajaran agama Islam ini. Tidak ada agama lain yang memiliki aturan dan etiket
yang sedemikian rincinya seperti Islam, dimana untuk makan dan ke WC pun ada
adabnya, untuk aspek hukum dan ekonomi ada aturannya, bahkan untuk
berhubungan suami -istripun ada aturannya.
e. Mempelajari Kehidupan Orang-orang Sholeh (generasi Shalafus Sholihin,
para sahabat Rasulullah SAW, murid-murid para sahabat, tabi'in dan tabi'it
tabi'in)
Mereka adalah generasi-generasi terbaik dari Islam. Mereka adalah
orang-orang yang kadar keimanannya diibaratkan sebesar gunung Uhud sementara
manusia zaman kini diibaratkan kadar keimananya tak lebih dari sebutir debu
dari gunung Uhud. Umar r.a. pernah memuntahkan makanan yang sudah masuk ke
perutnya ketika tahu bahwa makanan yang diberikan padanya kurang halal
sumbernya. Sejarah lain menceritakan tentang lumrahnya seorang tabi'in
meng-khatamkan Qur'an dalam satu kali sholatnya. Atau cerita tentang seorang
sholeh yang lebih dari 40 tahun hidupnya berturut-turut tidak pernah sholat
wajib sendiri kecuali berjamaah di mesjid. Atau seorang sholeh yang menangis
karena lupa mengucap doa ketika masuk mesjid. Inilah cerita-cerita teladan
yang mampu menggetarkan hati seorang yang sedang meningkatkan keimanannnya.
2. Renungkanlah tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di alam (ma'rifatullah)
Singkirkan dulu kesombongan akal kita, renungkan secara tulus bagaimana alam
ini diciptakan. Sungguh pasti ada kekuatan luar biasa yang mampu menciptakan
alam yang sempurna ini, sebuah struktur dan sistem kehidupan yang rapi,
mulai dari tata surya, galaksi hingga struktur pohon dan sel-sel atom.
Renungkan pula rahasia dan mukjizat Qur'an. Salah satu keajaiban Al Qur'an
adalah struktur matematis Al Qur'an. Walau wahyu Allah diturunkan bertahap
namun ketika seluruh wahyu lengkap maka ditemukan bahwa kata tunggal "hari"
disebut sebanyak 365 kali, sebanyak jumlah hari pada satu tahun syamsiyyah
(masehi). Kata jamak hari disebut sebanyak 30 kali, sama dengan jumlah hari
dalam satu bulan. Sedang kata Syahrun (bulan) dalam Al Quran disebut
sebanyak 12 kali sama dengan jumlah bulan dalam satu tahun. Kata Saa'ah
(jam) disebutkan sebanyak 24 kali sama dengan jumlah jam sehari semalam. Dan
semua kata-kata itu tersebar di 114 surat dan 6666 ayat dan ratusan ribu
kata yang tersusun indah. Dan masih banyak lagi keajaiban dan mukjizat Al
Quran dari sisi pandang lainnya yang membuktikan bahwa itu bukan karya
manusia. Masih banyak pula mukjizat lainnya di alam ini yang membuktikan
bahwa alam ini memiliki struktur yang sangat sempurna dan tidak mungkin
tercipta dengan sendirinya. Adalah lumrah, bahwa sesuatu yang tidak mungkin
diciptakan manusia, pastilah diciptakan sesuatu yang Maha Kuasa, Maha Besar.
Inilah yang menambah kecilnya diri kita dan menambah kekaguman dan cinta
serta iman kita kepada Sang Pencipta alam semesta ini.
3. Berusaha keras melakukan amal perbuatan yang baik secara ikhlas
Amal perbuatan perlu digerakkan. Dimulai dari hati, kemudian terungkap
melalui lidah kita dan kemudian anggota tubuh kita. Selain ikhlas,
diperlukan usaha dan keseriusan untuk melakukan amalan-amalan ini.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.
Dari firman Allah tersebut, Allah menjelaskan perlunya bertaqwa itu yaitu dapat menjalani kehidupan dengan baik dan menjadi kunci utk mendapatkan keselamatan dan kebahagian hidup di dunia dan akhirat; kemudian takwa menjadi ukuran kemuliaan seseoran di sisi Allah dan menurut pandangan manusia.
Untuk memperkokoh dan meningkatkan kadar ketakwaan kita kepada Allah, ada beberapa cara yaitu:
Pertama; dengan al- mu’ahadah yaitu ingat dengan perjanjian kita kepada Allah swt.
Janji itu sering kita ikrarkan, misal ketika kita shalat paling sedikit 17 kali kita berjanji kepada Allah untuk menyembah hanya kepada Allah dan minta pertolongan; baahkan setiap kita membaca surat al-Fatihah ayat 5:
Kepada-Mu kami menyembah dan kepada-Mu kami mohon pertolongan.
Dengan demikian, setiap kita sudah berjanji untuk menjalankan kehidupan ini dengan sesuatu yang bernilai ibadah dan Allah sesungguhnya menciptakan manusia ini dengan tujuan untuk beribadah kepada-Nya. Tentunya ibadah yang dimaksudkan tidak hanya terbatas pada ibadah shalat, puasa, dzkir dan sejenisnya, melainkan seluruh kegiatan kita dari pagi sampai pagi lagi, semua harus bernilai ibadah. Agar semua kegiatan kita bernilai ibadah, tentunya dengan syarat bahwa kegiatan itu benar, baik dan dikerjakan dengan niat yang ikhlas, cara yang benar serta dengan tujuan hanya mengharap ridha Allah swt.
Kedua; dengan al- muraqabah yaitu merasa dekat kepada Allah swt.
Hal ini perlu karena orang akan merasakan bahwa dia selalu diawasi oleh Allah dan membuatnya selalu berfikir sebelum berbuat dan tidak berani menyimpang dari jalan yang telah diatur-Nya. Sikap ini mutlak harus dilakukan , karena sebenarnya Allah itusangat dekat dengan kita, sesuai dengan firman Allah swt dalam surat al_hadid ayat 4:
Dan Allah bersama kamu dimana saja kamu berada; dan Allah maha melihat apa yang kamu kerjakan.
Bahkan dalam ayat yang lain, dalam surat al-Mujadilah ayat 6: yang intinya ayat ini menjelaskan bahwa tidaklah kamu perhatikan yang ada dilangit dan di bumi. Tiada pembicaraan rahasia anatar tiga orang, melainkan Allahlah yang keempatnya; dan tiada pembicaraan antara lima orang melainkan Allah yang keenamnya; dan tiada pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Allah ada bersama mereka dimanapun mereka berada; Kemudian Allah akan memberitakan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan; sesungguhnya Allah maha mengetahui segala sesuatu.
Ketiga; dengan al- Muhasabah atau menghitung- hitung diri, introspeksi diri yang juga merupakan suatu keharusan bagi setiap muslim. Apalagi kelak amal manusia akan hitung oleh Allah swt; karena itu sebelumnya manusia harus menghitung sendiri amal- amalnya agar dia tahu apakah selama ini dia lebih banyak amal shaleh atau amal salah. Sahabat nabi Umar ibnu Khattab pernah mengingatkan dalam ungkapannya:
Hisablah disi kalian sebelum kalian dihisab di kahirat.
Oleh karena itu, ada baiknya seorang muslim melakukan muhasabah setiap hari, misalnya menjelasng tidur, dia merenungi apa yang diperjuangkan pada hari it atau setiap jum’at sekali atau sebulan dan minimal setahun, dia dapat meningkatkan kualitas hidupnya untuk bekal waktu yang akan datang termasuk kehidupan di akahira nantinya.
Firman Allah surat al-Hasr ayat 18:
Hai orang- orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yanv telah di perbuatnya untuk hari akhirat, dan bertaqwalah kepada Allah; sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Keempat; dengan al- mu’aqabah yaitu memberikan sangsi atau menghukum dirinya sendiri bila tidak melakukan hal-hal yang semestinya dilakukan, apalagi jika sampai melakukan maksiat. Perlunya sangsi ini diberlakukan pada diri seseorang muslim, karena akan membatasi jangan sampai mempermudah terlanggarnya kesalahan- kesalahan yang lain.
Kelima; dengan al- mujahadah yaitu bersungguh sungguh dalam menjalankan ajaran Islam. Hal ini karena Islam memang harus dilakukan dengan penuh kesungguhan; Tanpa kesungguhan, sangat sulit seorang dapat melakukan ajaran Islam. Shalat misalnya memerlukan kesungguhan, begitu juga berinfaq, apalagi berjihad di jalan Allah. Jika seseorang telah memiliki kesungguhan, meskipun nantinya akanmenghadapi kesulitan dalam beramal, Allah swt akan memberikan kemudahan baginya dalam mengahdapi kesulitan itu. Allah berfirman dalam surat al-Ankabut ayat 69:
Dan orang- orang yang berjihad untuk mencari keridhaan Allah, benar- benar akan Allah tunjukkan kepada mereka jalan- jalan Allah. Dan sesungguhnya
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam kaitan ini, terapi iman
dalam mempermantap sikap taqwa, yaitu sebagai berikut:
a. Iman melenyapkan
kepercayaan pada kekuasaan benda
b. Iman menanamkan semangat
berani menghadapi maut
c. Iman menanamkan sikap
self help dalam kehidupan
d. Iman memberikan
kententraman jiwa
e. Iman mewujudkan
kehidupan yang baik (hayatan tayyibah)
f. Iman melahirkan sikap
ikhlas dan konsekuen
g. Iman memberikan
keberuntungan
h. Iman mencegah penyakit
B. Saran
Dengan
penulisan makalah ini, penulis berharap agar dapat menambah ilmu pengetahuan
kepada pembaca. Oleh karena itu, harapan penulis kepada pembaca semua agar sudi
kiranya memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun
DAFTAR PUSTAKA
Mardiyanto.
Handono,2012.Terapi Iman Yang Menyelamatkan.Elex Media
http://recyclearea.wordpress.com/2009/09/16/pengertian-iman-serta pengertian terapi iman
Tidak ada komentar :
Posting Komentar