PERANAN KETERAMPILAN PENGUATAN DALAM MENINGKATKAN
MOTIVASI BELAJAR SISWA
BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara psikologis
setiap orang membutuhkan penghargaan terhadap sesuatu usaha yang telah
dilakukannya. Melalui penghargaan yang diperolehnya, seseorang akan merasakan
bahwa hasil perbuatannya dihargai, mendapatkan tempat dan oleh karenanya akan
menjadi pemacu untuk berusaha meningkatkan prestasi atau berbuat yang lebih
baik dalam melaksanakan tugasnya. Keterampilan penguatan
merupakan unsur pentimg dalam menunjang dan mendorong semangat siswa dalam
proses belajar – mengajar yang baik dan bertujuan meningkatkan motivasi belajar
siswa.
Adapun
beberapa definisi keterampilan penguatan yaitu, menurut Mulyani Soemantri dan
Johar Permana (1998/1999: 272) menyatakan bahwa memberi penguatan adalah suatu
tindakan atau respons terhadap suatu bentuk perilaku yang dapat mendorong
munculnya peningkatan kualitas tingkah laku tersebut disaat yang lain.
Sedangkan
Usman (2005: 80) mengemukakan bahwa :
penguatan
adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun nonverbal, yang
merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa,
yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi si penerima
(siswa) atas perbuatannya sebagai suatu tindakan dorongan ataupun koreksi.
Memperhatikan uraian di atas,maka
di harapkan kepada setiap guru dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah
hendaknya menggunakan dan menerapkan keterampilan kepada setiap siswa agar
menjadi siswa yang berprestasi dan berbakat serta sesuai dengan harapan guru
mendidik anak menjadi pribadi yang terampil dan berprilaku yang baik. Dapat mengetahui lebih dalam
tentang keterampilan penguatan serta dapat menerapkannya dalam proses
pembelajaran untuk memotivasi siswa. Berdasarkan uraian di atas, penulis
berpendapat bahwa guru yan menguasai keterampilan penguatan dapat memberikan
motivasi belajar pada siswanya,serta dapat mendorong siswa untuk prestasi dan
bakat yang dimilikinya.
Namun, secara realita yang terjadi
di kalangan pengajar masih banyak guru yang cenderung tidak paham akan metode
ini dan tidak mampu menerapkan dalam proses belajar mengajar. Buktinya beberapa
guru tidak menerapkan metode tersebut sehingga semangat dan motivasi siswa
dalam belajar sangat menurun. Padahal metode ini telah terbukti mampu
meningkatkan motivasi belajar siswa. Oleh karena itu, penulis berusaha
mengatasi fenomena tersebut dalam menyusun makalah sederhana ini yang berjudul
“Pentingnya keterampilan penguatan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka
penulis dapat mengemukakan suatu rumusan masalah yaitu bagaimanakah peranan keterampilan
penguatan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam
makalah ilmiah ini yaitu untuk mengetahui pentingnya peranan keterampilan
penguatan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
penguatan
Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk
respons, apakah bersifat verbal ataupun nonverbal, yang merupakan bagian dari
modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang betujuan untuk
memberikan informasi atau umpan balik (feedback) bagi siswa atas jawaban atau
perbuatannya sebagai suatu motivasi ataupun koreksi. Atau, penguatan adalah
respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan
berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Tindakan tersebut dimaksudkan untuk
mengganjar atau membesarkan hati siswa agar mereka lebih giat berpartisipasi
dalam interaksi belajar-mengajar.
Penguatan adalah respons terhadap suatu tingkah laku
yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
Pemberian hadiah maupun pemberian hukuman merupakan respon seseorang kepada
orang lain karena perbuatannya. Pemberian hadiah merupakan respon positif,
sedangkan pemberian hukuman merupakan respon negatif. Namun, kedua respon
tersebut memiliki tujuan yang sama yaitu ingin mengubah tingkah laku seseorang
dari yang kurang positif menjadi positif, atau yang dari positif menjadi lebih
positif lagi. Pemberian respon dalam proses interaksi edukatif disebut
pemberikan penguatan karena hal tersebut akan membantu sekali dalam
meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan kata lain, pengubahan tingkah laku
siswa (behavior modification) dapat melakukan dengan memberikan penguatan.
Keterampilan memberikan penguatan merupakan
keterampilan yang harus di kuasai oleh guru karena penguatan yang di berikan
kepada siswa akan membangkitkan semangat murid dalam melakukan kegiatan
pembelajaran, semangat siswa yang tinggi akan meningkatkan daya tangkab ilmu
sehingga nantinya tujuan yang ingin dicapai oleh guru dapat di raih dengan
baik. Keterampilan memberikan penguatan sangat dekat dengan motivasi, sehingga
di awal ini akan di paparkan mengenai motivasi dan mengapa begitu pentingnya
motivasi dalam belajar.
Selain dari pngertian di atas,ada
beberapa pendapat tentang pengertian keterampilan memberi penguatan diantaranya
adalah :
a. Penguatan merupakan respon
terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali
perilaku tersebut.
b.
JJ. Hasibuan mendefinisikan memberikan penguatan diartikan dengan
tingkah laku guru dalam merespons secara positif suatu tingkah laku
tertentu siswa yang memungkinkan tingkah
laku tersebut timbul kembali.
c. Moh Uzer Usman menerangkan arti
keterampilan memberi penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons,
apakah bersifat verbal ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari
modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk
memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi si penerima (siswa) atas
perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan ataupun koreksi. Atau penguatan
adalah respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningktkan kemunkinan
berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
d. Made Pidarta menyebutkan bahwa
keterampilan memberi penguatan adalah “Penguatan terhadap individu-individu
sehingga dia konsisten dengan tingkah lakunya yang sudah baik serta meningkatkannya
menjadi lebih baik.
e. A.Mursal dan H.M.
Taher menjelaskan bahwa keterampilan memberi penguatan adalah “Suatu alat
pendidikan yang diberikan kepada murid sebagai imbalan terhadap prestasi
belajar yang dicapai.
f. Sudirman menerangkan bahwa keterampilan
memberi penguatan adalah “Alat pendidikan refresif yang menyenangkan untuk
membina tingkah laku yang dikehendaki dengan memberikan pujian, hadiah, tanda
penghargaan, pemberian kesempatan untuk melakukan aktivitas yang disenangi oleh
siswa.
g. Toenlioe
mengemukakan bahwa keterampilan memberi penguatan adalah “Pemberian respon
terhadap suatu tingkah laku dengan maksud untuk mendorong berulang kembalinya
tingkah laku yang direspon tersebut.
2.
Setiap
guru harus memiliki keterampilan memberikan penguatan
Secara psikologis setiap orang
membutuhkan penghargaan terhadap sesuatu usaha yang telah dilakukannya. Melalui
penghargaan yang diperolehnya, seseorang akan merasakan bahwa hasil
perbuatannya dihargai, mendapatkan tempat dan oleh karenanya akan menjadi
pemacu untuk berusaha meningkatkan prestasi atau berbuat yang lebih baik dalam
melaksanakan tugasnya. Penghargaan yang diberikan terhadap seseorang yang telah
menunjukkan perbuatan baik, tidak selalu
harus dalam bentuk materi, akan tetapi bisa dilakukan dalam bentuk-bentuk lain
seperti memberikan pujian dengan ucapan misalnya: terima kasih, bagus, sikapmu
sangat baik, pakaianmu rapih atau kata-kata lain yang sejenis, dimana seseorang
yang mendapat pujian atau penghargaan tersebut merasa dihargai.
Pujian melalui kata-kata atau
memberikan respon positif terhadap perilaku yang telah ditunjukkan oleh
seseorang disebut dengan “penguatan”. Dengan demikian yang dimaksud dengan
penguatan (reinforcement) pada dasarnya adalah “suatu respon yang diberikan terhadap
perilaku atau perbuatan baik, yang dapat memacu terulangnya perbuatan baik
tersebut” Dalam pengertian yang lain dikemukakan oleh Wina Sanjaya, bahwa
keterampilan dasar penguatan (reinforcement) adalah “Segala bentuk respon yang
merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa,
yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik atas perbuatan atau
respon siswa”
Dari dua pengertian keterampilan
penguatan (reinforcement) yang telah disampaikan di atas, secara substantif
memiliki kesamaan terutama dilihat dari beberapa unsur sebagai berikut :
1. Suatu
respon; yaitu respon atau tanggapan yang diberikan atau ditujukan kepada
seseorang (siswa) untuk memberikan apresiasi sekaligus sebagai informasi yang
terkait dengan perilaku atau kinerja yang telah ditunjukkannya. Seseorang akan
tahu letak kelebihan dan kekurangan terhadap yang diperbuatanya, jika ada yang
memberikan komentar atau apresiasi. Seseorang akan terdorong untuk memperbaiki
kelemahan dan meningkatkan hal yang sudah dianggap positif setelah mengetahui
dari respon yang didapatkan.
2. Modifikasi tingkah laku; modifikasi tingkah
laku yaitu terkait dengan bentuk atau jenis respon yang diberikan sebagai
bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa. Misalnya
seorang siswa telah mengerjakan tugas dengan baik dan menyerahkan tepat waktu,
kemudian guru memberikan apresiasi (respon) terhadap tingkah laku siswa yaitu
menyerahkan tugas tepat waktu.
3. Dorongan
atau koreksi; melalui pemberian penguatan dalam bentuk respon apapun harus
ditujukan pada upaya memberikan dorongan kepada siswa untuk lebih meningkatkan
prestasi belajarnya (akademik maupun non akademik). Bentuk dan jenis penguatan
yang dimaksudkan sebagai umpan balik, harus dihindari dari kemungkinan buruk
yaitu timbulnya malas, prustasi dan sifat-sifat negative lainnya.
4. Dari
uraian pengertian keterampilan memberikan penguatan (reinforcement) yang telah
dijelaskan di atas, kita bisa merasakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari
praktek-praktek tesebut sudah sering dilaksanakan baik di lingkungan rumah
(keluarga), dalam kehidupan bermasyarakat,
apalagi pada lingkungan pendidikan (sekolah), walaupun tidak disadari bahwa perbuatan tersebut
merupakan penerapan penguatan. Misalnya ketika seorang ibu menyuruh anaknya
membeli sabun mandi ke warung, sekembalinya dari warung ibu menyampaikan ucapan
terima kasih kepada anaknya. Perbuatan anak membeli sabun kewarung adalah jenis
perbuatan baik dan terpuji, karena sudah mau membantu pekerjaan ibunya. Adapun
ucapan terima kasih yang disampaikan oleh ibu atas perilaku anaknya, adalah
merupakan respons dan dengan respon tersebut merupakan suatu modifikasi tingkah
laku dari seorang ibu terhadap tingkah laku seorang anak. Dengan ucapan terima
kasih, anak akan merasakan bahwa pekerjaannya membeli sabun ke warung ternyata
mendapat penghargaan. Dengan demikian diharapkan kebiasaan baik tersebut
mungkin dalam bentuk yang lain diharapkan akan terus dilakukan dan
ditingkatkan.
Dalam pembelajaran penguatan
(reinforcement) memiliki peran yang sangat penting untuk meningkatkan proses
dan hasil pembelajaran. Pada saat yang tepat dan dengan jenis penguatan yang
tepat yang disampaikan pada proses pembelajaran, maka akan berdampak pada
peningkatan kualitas proses pembelajaran. Ketika anak mengerjakan tugas atau ketika melakukan praktek di
laboratorium, kemudian karena dilihat oleh gurunya bahwa tugas yang
dikerjakannya benar, demikian pulan pada saat melakukan percobaan di
laboratorium sudah sesuai dengan petunjuk kerja yang ditetapkan, maka dengan
penguatan yang disampaikan oleh guru misanya “ok tugasmu sudah benar, dan
proses praktek di laboratorium sudah tepat”. Dengan demikian siswa sudah dapat
mengukur kemampuannya, bahwa apa yang dikerjakannya sudah benar dan sesuai
dengan ketentuan. Itulah salah satu
manfaat dari pemberian penguatan, antara lain yaitu untuk memberikan informasi
kepada siswa (balikan) atas perbuatan atau pekerjaan yang telah
dilakukannya. Selain bagi siswa melalui
pemberian penguatan akan memberikan informasi juga bagi guru, mengenai proses
pembelajaran yang telah dilakukannya, apakah sudah efektif dan efisien atau
sebaliknya.
Pujian atau respon positif yang
diberikan oleh guru kepada siswa yang telah menunjukkan prestasi, baik dalam
bidang akademik maupun non-akademik, secara psikologis siswa akan merasa
bangga, karena ternyata perbuatannya dihargai, dan dengan demikian akan menjadi
mativator untuk terus berusaha menunjukkan prestasi terbaiknya. Jika dicermati
sepintas saja, mungkin hanya dengan ucapan terima kasih atau bentuk-bentuk
pujian dan penghragaan secara verbal yang disampaikan oleh guru kepada siswa,
bagi guru (orang dewasa) yang memberi penguatan mungkin akan dianggap tidak
punya nilai atau tidak memiliki arti apa-apa. Akan tetapi bagi yang menerima
pujian, yaitu siswa akan merasa senang karena apa yang diperbuatnya mendapat
tempat dan diakui. Siswa butuh pengakuan terhadap sesuatu yang dilakukannya,
adanya pengakuan akan menimbulkan dampak positif terhadap proses pembelajaran.
Oleh karena itu guru harus melatih kemampuan untuk mengembangkan berbagai jenis
penguatan, dan membiasakan diri untuk menerapkannya dalam pembelajaran,
sehingga proses pembelajaran tidak hanya menyajikan meteri untuk dikuasi oleh
siswa, akan tetapi selalu bermuatan nilai-nilai edukatif untuk membentuk
pribadi-pribadi yang baik yang selalu saling menghargai.
Penggunaan penguatan dalam kelas dapat
mencapai atau mempunyai pengaruh sikap positif terhadap proses belajar siswa
dan bertujuan untuk meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran, merangsang
dan meningkatkan motivasi belajar dan meningkatkan kegiatan belajar serta
membina tingkah laku siswa yang produktif. Ketrampilan memberikan penguatan
terdiri dari beberapa komponen yang perlu dipahami dan dikuasai penggunaannya
oleh mahasiswa calon guru agar dapat memberikan penguatan secara bijaksana dan
sistematis.
Komponen-komponen itu adalah : Penguatan
verbal, diungkapkan dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan,
persetujuan dan sebagainya. Dan penguatan non-verbal, terdiri dari penguatan
berupa mimik dan gerakan badan, penguatan dengan cara mendekati, penguatan
dengan sentuhan (contact), penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan,
penguatan berupa simbol atau benda dan penguatan tak penuh. Penggunaan
penguatan secara evektif harus memperhatikan tiga hal, yaitu kehangatan dan
evektifitas, kebermaknaan, dan menghindari penggunaan respons yang negatif.
Penguatan
bertujuan untuk :
a. Meningkatkan perhatian peserta didik terhadap
pembelajaran
b. Merangsang
dan meningkatkan motivasi belajar
c. Meningkatkan
kegiatan belajar, dan membina perilaku yang produktif
3.
Penerapan penguatan untuk
memotivasi belajar siswa
Kebiasaan
yang jarang sekali dilakukan oleh guru di dalam kelas adalah memberikan
reinforcement (penguatan) kepada siswa, jarang sekali kita mendengar guru
mengatakan bagus atau mengacungkan jempol kepada siswa yang berhasil menjawab
pertanyaan yang dilontarkan. Padahal salah satu kompetensi profesional yang
harus dimiliki seorang guru adalah mampu membangkitkan motivasi belajar siswa
dan penguatan merupakan salah
satu cara yang efektif untuk membangkitkan motivasi belajar siswa.
Sumantri dan Permana (1999:274) menyebutkan beberapa
tujuan yang bisa dicapai dari pemberian penguatan yaitu
1) Membangkitkan motivasi belajar
peserta didik,
2) Merangsang peserta didik berpikir
lebih baik,
3) Menimbulkan perhatian perserta
didik,
4)
Menumbuhkan kemampuan berinisiatif secara pribadi,
5)
Mengendalikan dan mengubah sikap negatif peserta didik dalam belajar ke arah
perilaku yang mendukung belajar.
Secara umum penguatan bermanfaat bagi siswa
karena akan meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi belajar merupakan
salah satu hal yang penting dalam belajar karena melalui motivasi maka
seseorang akan mau untuk belajar.
Bagaimana mekanisme tumbuhnya motivasi akibat penguatan? Maslow pernah mengatakan
bahwa setiap manusia memiliki hirarkis kebutuhan dari mulai kebutuhan fisik,
rasa aman, penghargaan, dicintai dan mencintai, aktualisasi diri, dan kebutuhan
akan pengetahuan. Sebenarnya penguatan
yang guru berikan merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan
dihargai, dicintai bahkan sebagai salah satu bentuk bahwa subjek belajar telah
berhasil membuktikan dirinya (aktualisasi diri), tentu saja ketika kebutuhan
subjek belajar terpenuhi ini maka ia akan merasakan kepuasan yang akan
mendorongnya untuk kembali melakukan hal yang sama.
Pengalaman
di dalam kelas ketika salah seorang siswa yang nakal diberikan reinforcement karena siswa tersebut
secara kebetulan bisa menjawab pertanyaan yang dilontarkan, menunjukkan
perilaku kebiasaan berbuat onar ketika jam pelajaran menjadi berkurang bahkan
siswa tersebut berbalik menjadi siswa yang aktif berpartisipasi ketika
pertanyaan di lontarkan kepada seluruh siswa di kelas.
Dari contoh
di atas, selain untuk membangkitkan motivasi, penguatan juga berguna untuk mempertahankan perilaku yang
diinginkan dari subjek belajar. Dalam sejarah teori belajar sendiri, penguatan dipakai hampir di setiap
aliran teori belajar, teori belajar behavioristik yang menekankan kepada
stimulus dan respon, menggunakan penguatan
sebagai bentuk stimulus lanjutan untuk mempertahankan respon yang tepat,
teori belajar psikologi humanistik
juga menekankan pentingnya motivasi agar siswa bisa mengeluarkan potensi dalam
dirinya.
Namun perlu
diingat bahwa reinforcement
yang kita berikan haruslah diberikan dalam situasi dan waktu yang tepat agar
bisa efektif, terdapat beberapa situasi yang cocok dalam memberikan penguatan
(Aunurrahman, 2009:130) yaitu:
1) Pada saat peserta didik menjawab pertanyaan,
atau merespon stimulus guru atau peserta didik yang lain,
2) Pada saat peserta didik menyelesaikan PR,
3) Pada saat peserta didik mengerjakan
tugas-tugas latihan,
4) Pada waktu perbaikan dan penyempurnaan tugas,
5) Pada saat penyelesaian tugas-tugas kelompok
dan mandiri,
6) Pada saat membahas dan membagikan hasil-hasil latihan dan ulangan,
7) Pada saat situasi tertentu tatkala peserta didik
mengikuti kegiatan secara sungguh-sungguh.
4.
Cara
memberikan penguatan
Cara Penggunaan Penguatan kepada Siswa
Tertentu
a. Penguatan harus jelas, kepada siapa ditujukan.
Sebab bila tidak jelas akan kurang efektif. Oleh karena itu, sebelum memberikan
penguatan, guru terlebih dahulu menyebut nama siswa yang bersangkutan sambil
menatap kepadanya.
b. Penguatan
Kelompok
Penguatan
dapat diberikan kepada sekelompok siswa, misalnya, apabila satu tugas telah
diselesaikan dengan baik oleh satu kelas, guru membolehkan kelas itu untuk
bermain bola voli yang menjadi kegemarannya.
c. Pemberian
Penguatan dengan Segera
Penguatan
seharusnya diberikan segera setelah muncul tingkah laku atau respon siswa yang
diharapkan. Penguatan yang ditunda pemberiannya cenderung kurang efektif.
Pada garis besarnya model penguatan
dapat dikelompokkan kedalam dua model, yaitu: 1) penguatan verbal dan 2)
penguatan non-verbal. Kedua bentuk/jenis penguatan ini memiliki fungsi yang
sama yaitu sebagai instrumen untuk memberikan respon dari guru terhadap respon
dari siswa pada saat terjadinya proses pembelajaran.
Perbedaanya terletak pada
penerapannya yaitu tergantung pada bentuk respon dari siswa, ada yang cocok
dengan penguatan verbal dan ada yang cocok dengan penguatan non-verbal, bahkan
mungkin ada yang lebih cocok dengan menggunakan model gabungan penguatan
(verbal dan non verbal). Adapun
jenis-jenis atau bentuk penguatan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Penguatan verbal
Penguatan verbal merupakan respon
yang diberikan oleh guru terhadap perilaku atau respon belajar siswa
yangdisampaikan melalui bentuk kata-kata/ lisan atau kalimat ucapan (verbal).
Penguatan melalui ucapan lisan (verbal) secara teknis lebih mudah dan bisa
segera dilaksanakan untuk merespon melalui ucapan terhadap setiap respon siswa.
Misalnya penguatan verbal dalam bentu a) kalimat seperti: kata bagus, baik,
luar biasa, ya, betul, tepat, atau kata-kata lain yang sejenis, b) penguatan
verbal dalam bentuk kalimat seperti: pekerjaanmu rapi sekali, cara anda
menyampaikan argumentasi sudah tepat, berpikir anda sudah sistematis, makin
lama belajar anda nampak lebih disiplin, kelihatannya anda hadir selalu tepat
waktu, atau bentuk-bentuk pujian lain yang sesuai dengan perilaku yang
ditunjukkan oleh siswa.
2. Penguatan
Non-Verbal
Penguatan non verbal sebaliknya
dari penguatan verbal, yaitu respon terhadap perilaku belajar (respon) siswa
yang dilakukan tidak dengan kata-kata atau ucapan lisan (verbal), melainkan
dengan perbuatan atau isyarat-isyarat tertentu yang menunjukkan adanya
pertautan dengan perbuatan belajar siswa.
Adapun
jenis-jenis respon (penguatan) yang digolongkan kedalam penguatan non-verbal
antara lain sebagai berikut :
a) Mimik
dan gerakan badan
Mimik muka dan gerakan badan
tertentu yang dilakukan oleh guru seperti: mengekspresikan wajah ceria,
senyuman, anggukan kepala, mengacungkan ibu jari, tepukan tangan, dan
gerakan-gerakan badan lainnya sebagai tanda kepuasan guru terhadap respon
siswa. Secara psikologis, siswa yang menerima perlakuan (respon) dari guru
tersebut tentu akan menyenangkan dan akan memperkuat pengalaman belajar bagi
siswa. Dalam menerapkan jenis penguatan non-verbal dapat dikombinasikan dengan
penguatan verbal, misalnya sambil mengatakan “bagus” guru menyertainya dengan
acungan ibu jari dan lain sebagainya.
b) Gerak
mendekati
Gerak mendekati dilakukan guru
dengan cara menghampiri siswa, berdiri disamping siswa atau bahkan duduk
bersama-sama dengan siswa. Pada saat guru mendekati, siswa merasa diperhatikan
sehingga siswa akan merasa senang dan aman. Kegiatan mendekati sebagai salah
satu bentuk penguatan non-verbal, dalam pelaksanaannya bisa dikombinasikan
dengan bentuk penguatan verbal. Misalnya sambil mendekati siswa, guru
menyampaikan pujian secara lisan, “bagus, teruskan pekerjaannmu” dan lain
sebagainya.
c) Sentuhan
Penguatan dalam bentuk sentuhan
yaitu dilakukan dengan adanya kontak fisik antara guru dengan siswa
(gesturing). Misalnya berjabatan tangan, menepuk, mengelus anggota-anggota
badan tertentu yang dianggap tepat, dan bentuk lain yang sejenis. Agar sentuhan
yang dilakukan berfungsi efektif sesuai dengan tujuan penguatan, maka dalam
pelaksanaannya harus mempertimbangkan berbagai unsur, seperti kultur, etika,
moral, dan kondisi siswa itu sendiri. Hal ini penting agar sentuhan yang
dilakukan tidak menimbulkan masalah yang akan menghilangkan fungsi dan tujuan
penguatan sentuhan (gesturing) dalam pembelajaran. Dengan sentuhan dimaksudkan untuk
lebih meningkatkan motivasi siswa sehingga akan mendorong terjadinya proses dan
hasil pembelajaran yang lebih efektif, dan oleh karenanya jika sentuhan tidak
memperhatikan berbagai pertimbangan di atas, maka penguatan melalui sentuhan
tidak akan efektif.
d) Kegiatan
yang menyenangkan
Untuk meningkatkan perhatian dan
motivasi belajar siswa, guru dapat melakukan penguatan dengan cara memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengekpresikan kemampuannya sesuai dengan minat,
bakat dan kemampuannya. Misalnya bagi siswa yang telah menyelesaikan tugas
lebih dulu, guru memberi kesempatan kepada siswa tersebut untuk membimbing
temannya yang belum selesai; Siswa yang memiliki kelebihan dalam bidang seni
diberi kesempatan untuk memimpin paduan suara; siswa yang memiliki kegemaran
dalam berorganisasi diberi kesempatan untuk memimpin salah satu kegiatan
tertentu., dan lain sebagainya. Dengan memberi kesempatan kepada siswa
menampilkan kelebihan yang dimiliki, siswa akan merasa dihargai sehingga akan
makin menambah keyakinan, kepercayaan diri yang sangat perlu dimiliki oleh
setiap siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
e) Pemberian
simbol atau benda
Simbol adalah tanda-tanda yang
diberikan atau dilakukan guru terkait dengan perilaku belajar siswa. Misalnya
memberi tanda cheklis (V), paraf, komentar tertulis, tanda bintang, dan
simbol-simbol lainnya yang menunjukkan bentuk penghargaan. Bentuk lain seperti
pemberian benda dapat dibenarkan selama benda yang diberikan itu bersifat
mendidik. Oleh karena itu pemberian penguatan dalam bentuk benda bukan dilihat
dari segi harga bendanya, melainkan makna atau pesan yang ingin disampaikan
yaitu sebagai bentuk penghargaan sekaligus penguatan atas perilaku yang
ditunjukkan siswa
f) Penguatan
tak penuh
Penguatan tak penuh yaitu respon
atas sebagian perilaku belajar siswa yang belum tuntas. Misalnya apabila
pekerjaan siswa belum semuanya benar, atau baru sebagian yang selesai, maka
guru mengatakan “jawaban anda sudah benar, tinggal alasannya coba dilengkapi
lagi”. Melalui penguatan seperti itu, siswa menyadari bahwa belum sepenuhnya
jawaban yang disampaikannya selesai, dan masih harus berpikir untuk memberikan
alasan yang lebih tepat.
Prinsip
Penguatan :
Penguatan sebagai salah satu bentuk
keterampilan dasar mengajar dimaksudkan untuk memberikan informasi maupun
koreksi terhadap proses belajar yang telah dilakukannya. Melalui penguatan
siswa akan mengetahui tingkat kemampuannya, sehingga akan menjdi pendorong
untuk lebih meningkatkan kemampuan dan kepercayaan diri siswa. Oleh karena itu
sesuai dengan tujuan dan fungsi dari penguatan yaitu untuk lebih mengefektifkan
proses dan hasil pembelajaran, maka dalam penerapannya harus memperhatikan
beberapa prinsip sebagai berikut :
a. Kehangatan
dan keantusiasan
Setiap pemberian penguatan baik
penguatan verbal maupun non-verbal harus disertai ketulusan dan keihlasan
semata-mata menghargai perbuatan siswa. Oleh karena itu setiap memberikan
penguatan harus disertai perasaan atau mencerminkan perasaan senang dan
dilakukan dengan sungguh-sungguh. Misalnya dengan mimik muka yang gembira,
suara yang meyakinkan, atau isyarat yang menunjukkan tanda surprise, dan lain
sebagainya. Dengan kata lain penguatan itu harus memberikan kesan positif,
dimana siswa yang menerima penguatan akan merasa senang dan puas, sehingga akan
lebih mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi.
b. Kebermaknaan
Jenis dan bentuk penguatan yang
diberikan harus memiliki makna bagi siswa, yaitu setiap jenis atau bentuk
penguatan yang diberikan, baik melalui kata-kata, isyarat maupun bentuk
penguatan lain yang sejenis, harus dipilih dan disesuaikan dengan makna yang
terkandung di dalamnya. Kebermaknaan ini baik dari segi akademik maupun non
akademik. Kebermaknaan secara akademik yaitu melalui penguatan yang diberikan
dapat mendorong siswa untuk lebih berprestasi, sedangkan makna non akademik
bahwa dengan penguatan yang diberikan dapat memfasilitasi siswa untuk lebih
aktif, kreatif dan inovatif dalam melakukan berbagai aktivitas yang positif
untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.
c. Menghindari
penguatan negartif
Dalam memberikan penguatan
sebaiknya guru harus menghindari dari respon- respon negatif. Misalnya
kata-kata kasar dan tidak mendidik, cercaan, hinaan, isyarat yang menyudutkan
siswa. Dalam setiap proses pembelajaran sering terjadi proses dan hasil belajar
siswa tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, sehingga mengakibatkan guru
merasa tidak puas dengan proses dan hasil yang ditunjukkan siswa. Kemudian secara spontan muncul keinginan untuk
membentak, mengeluarkan kata-kata menyindir dan penguatan nagatif lainnya.
Mungkin maksudnya baik, yaitu untuk lebih meningkatkan proses dan hasil
pembelajaran secara lebih berkualitas, akan tetapi dengan mengeluarkan
kata-kata atau isyarat (penguatan negatif), harus dihindari.
Apabila guru merasa kurang puas
terhadap proses dan hasil pembelajaran yang ditunjukkan oleh siswa dan ingin
memperbaikya melalui bentuk penguatan, sebaiknya dicarai kata-kata atau isyarat
(penguatan) yang dapat menyentuh perasaan siswa, sehingga menimbulkan kesadaran
pada diri siswa untuk merubah perilaku belajarnya. Misalnya guru berkata “saya
tahu anda telah belajar secara maksimal, akan tetapi hasilnya ternyata masih
belum sesuai dengan yang diharapkan, mungkin masih ada yang kurang dan harus
dicari cara lain yang lebih tepat dalam melakukan kegiatan belajarnya, sehingga
hasilnya akan lebih baik dari hari ini”. Dengan demikian siswa tidak merasa
sia-sia dengan bejalar yang telah dilakukannya, walaupun hasilnya belum
memuaskan.
Tujuan menerapkan atau memberikan
penguatan dalam pembelajaran, sasaran utamanya yaitu untuk menciptakan proses
pembelajaran yang kondusif sehingga dapat meningkatkan mutu proses maupun hasil
pembelajaran. Agar penerapan penguatan mencapai sasaran yang diharapkan, maka
dalam pemilihan dan penerapannya selain harus mengikuti prinsip-prinsip yang
telah dijelaskan di atas, juga harus mempertimbangkan unsur-unsur sebagai
berikut:
a. Sasaran
penguatan
Agar penguatan dapat berjalan secara
efektif, maka setiap jenis dan bentuk penguatn yang diberikan oleh guru harus
tepat pada sasarannya. Ketepatan sasaran tersebut meliputi dua aspek, yaitu a)
ketepatan jenis atau bentuk penguatan yang digunakan (verbal atau non-verbal),
b) ketepatan pada siswa yang akan menrima penguatan tersebut, apakah kepada
semua siswa dalam satu kelompok belajar, atau kepada kelompok tertentu, atau
kepada siswa secara perseorangan.
Misalnya
jika penguatan itu diberikan kepada salah seorang siswa, maka harus jelas siswa
mana yang dituju dengan penguatan yang diberikan itu, demikian pula terhadap
perbuatan atau perilaku belajarnya. Misalnya apakah penguatan itu terkait
dengan hasil karyanya, cara penampilan, penguasaan materinya, disiplin,
kerjasama, kepemimpinan, dan bentuk-bentuk perilaku yang ditampilkan oleh siswa
tersebut.
b. Dilakukan
dengan segera
Setiap penguatan yang diberikan
oleh guru, hendaknya dilakukan dengan segera, yaitu pemberian penguatan (verbal
atau non-verbal) diberikan atau dilakukan bersamaan atau sesaat setelah
perilaku belajar (respon) yang ditampilkan oleh masing-masing siswa. Misalnya
apabila guru melihat siswa dengan kesadaran sendiri membuang sampah pada
tempatnya, segera hampiri siswa tersebut dan sampaikan penghargaan pada saat
itu pula, misalnya “terima kasih anda telah membuang sampah pada tempatnya”.
Dengan kata lain bahwa antara penguatan yang diberikan oleh guru dengan
perbuatan belajar siswa sebaiknya tidak menunggu waktu berlama-lama, tapi
segera berikan penguatannya pada saat itu pula.
c. Penguatan
secara bervariasi
Perilaku yang ditunjukkan siswa dari
proses dan hasil pembelajarannya meliputi tiga unsur yaitu: a) pengetahuan,, b)
sikap dan c) keterampilan. Ketiga jenis perilaku hasil belajar tersebut memiliki karakteristik yang
berbeda, dan oleh karena itu maka jenis maupun bentuk penguatan yang diberikan
oleh guru pun harus disesuaikan dengan karaktersitik perilaku belajar yang
ditunjukkan oleh siswa itu sendiri (agar lebih bermakna). Untuk memilih dan
menetapkan jenis atau bentuk penguatan yang tepat atau sesuai dapat disiasati
dengan menggunakan penguatan secara bervariasi. Misalnya, memadukan antara
penguatan secara verbal dan non verbal, sehingga akan memungkinkan dapat
merespon terhadap segala bentuk atau aspek perilaku belajar siswa. Selain itu
melalui pemberian penguatan yang menggabungkan (variasi) antara penguatan
verbal dan non verbal, maka akan terjadi proses pembelajaran yang dinamis.
5. Hubungan
Pemberian Penguatan dengan Motivasi Belajar Siswa
Motivasi
merupakan salah satu prasyarat yang amat penting dalam belajar. Gedung dibuat,
guru disediakan, fasilitas belajar yang lengkap dengan harapan supaya siswa
dapat masuk sekolah dan belajar dengan penuh
semangat. Tetapi
semua itu akan sia-sia, jika siswa tidak ada motivasi untuk belajar.
Menurut
Sal Severe (2000: 75) menyatakan bahwa semua anak memiliki motivasi, namun
tidak semua anak termotivasi untuk bertinglah laku baik. Sebagian motivasi
timbul dari diri siswa, dan sebagian lagi timbul dari luar. Motivasi internal
dan eksternal bekerja besama-sama untuk membuat siswa menjadi orang yang
bertanggungjawab. Motivasi dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak baik
dari dalam diri siswa (motivasi intrinsik) maupun dari luar siswa (motivasi
ektrinsik). Dan daya penggerak itulah yang
dapat
menimbulkan kegiatan belajar mengajar itu sendiri sehingga tujuan yang dikehendaki
dapat tercapai.
Akan
tetapi mengharap motivasi selalu muncul atau datang dalam diri seseorang
merupakan hal yang tidak mungkin, hal ini dikarenakan tingkat motivasi
seseorang cenderung berubah-ubah. Selain itu banyak hal yang harus dipelajari
oleh siswa setiap hari disekolah. Pada dasarnya kegiatan belajar mengajar
tidaklah selalu menarik, belum lagi banyaknya mata pelajaran yang harus
dipelajari. Oleh karena itu perlu adanya penguatan (reinforcement) dari guru dalam belajar. Ada banyak upaya yang
dapat dilakukan untuk menumbuhkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa, penguatan
(reinforcement) merupakan unsur
yang paling penting dalam proses pembelajaran.
Beberapa
uraian tentang penguatan dan motivasi diatas, bahwa hubungan penguatan (reinforcement) dengan motivasi
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Jika motivasi sebagai
”penggerak” memiliki peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar
mengajar, maka penguatan (reinforcement)
adalah unsur yang tidak kalah pentingnya. Penguatant
adalah bagian dari motivasi, artinya penguatan merupakan salah satu atau bentuk dalam menumbuhkan
motivasi belajar siswa. Sedangkan motivasi sendiri dikatakan sebagai hasil dari
penguatan. Jadi hubungan antara
penguatan dengan motivasi
belajar dapat dikatakan sebagai hubungan yang membutuhkan dan saling mengisi
antara yang satu dengan yang lain, terjadi proses take and give antara keduanya.
BAB III
KESIMPULAN DAN
SARAN
A.
Simpulan
Berdasarkan uraian–uraian sebelumnya maka penulis
mengambil kesimpulan yaitu:
Penguatan merupakan suatu alat pendidikan yang
menyenangkan berupa pujian, hadiah dan tanda penghargaan yang bertujuan untuk
memperkuat tingkah laku anak didik yang sudah baik, sukses dalam belajar serta
berprestasi yang diberikan sebagai imbalan atas prestasinya. Sehingga, prestasi
atau tingkah laku yang baik itu dapat dipertahankan dan ditingkatkan serta akan
berulang di masa yang akan datang.
Penguatan bertujuan untuk :
a. Meningkatkan
perhatian peserta didik terhadap pembelajaran
b. Merangsang
dan meningkatkan motivasi belajar
B.
Saran
Berdasarkan uraian makalah ilmiah,maka penulis merekomendasikan
berupa saran-saran sebagai berikut :
- Untuk meningkatkan peran guru dalam memberikan penguatan terhadap motivasi belajar siswa.
- Untuk merangsang dan meningkatkan motivasi belajar peserta didik terhadap pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Asril, Zainal. 2010. Micro Teaching. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Darmadi, Hamid. 2010. Kemampuan Dasar Mengajar
Landasan Konsep dan Implementasi.
Bandung: Alfabeta.
Murni,
Wahid, dkk. 2010. Keterampilan Dasar Mengajar. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.
Usman, User.
2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
JJ.
Hasibuan, 2008. Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Moh Uzer Usman, 2002, hal.
80.Menjadi Guru Profesional, Bandung, PT. Remaja Rosda Karya.
Made
Pidarta, Jakarta, 1997, hal. 203.Landasan Pendidikan, Rineka Cipta.
A. Mursal dan H.M. Taher, 1979,
hal. 50.Kamus Ilmu Jiwa dan pendidikan, PT. Al-Ma’arif, Bandung.
Sudirman,
1992, hal. 329.Ilmu Pendidikan, Bandung, Remaja Rosda Karya.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar